Blog

It’s OK to lose friends…

Untuk seorang sanguine sepertiku, the idea of losing friends tuh kedengarannya menakutkan. Apalagi kalo statusnya udah sahabat. Kehilangan sahabat sama dengan kesepian, dan menjadi kesepian adalah salah satu ketakutan terbesarku. Tapi seiring berjalannya waktu (dan bertambahnya umur tentunya), aku sadari bahwa kehilangan teman adalah bagian dari proses hidup. People come and go in our life. Teman lama pergi, teman baru pun hadir. Terkadang mereka hadir untuk waktu yang panjang, terkadang mereka hadir untuk sejenak saja.

Seperti layaknya hubungan pada umumnya, persahabatan memerlukan usaha dua arah untuk bisa dipertahankan. Persahabatan membutuhkan pengorbanan. Ada yang harus chat duluan nanyain kabar, atau nelpon untuk ngucapin selamat ulang tahun, atau menyediakan waktu kalo salah satunya ingin curhat. Seringkali karena salah satu atau keduanya gagal dalam melakukan tindakan-tindakan maintenance ini, maka hubungan persahabatan pun perlahan merenggang.

Persahabatan pasti berubah seiring berjalannya waktu. Aku bertumbuh dan berubah. Begitu juga dia. Persahabatan yang sudah bertahun-tahun pun, bisa merenggang karena frekuensi yang tak lagi sama. Pernah aku yang menjauh karena seiring waktu aku merasakan persahabatan itu toxic. Pernah juga aku yang dijauhi. Mungkin dia merasa aku yang toxic. Toh manusia tak ada yang sempurna bukan? Apapun itu, yang pasti perasaan kita tak lagi sama. Things change. People change.

Memang terasa aneh ketika aku diingatkan oleh archive Facebook atau Instagram, melihat foto-foto lama dengan para mantan teman atau sahabat, memaksaku mengais memori yang indah maupun kelam. Dari sekedar “Gimana kabar si A ya?”, sampai “Kangen juga sama si A, nyesel kenapa kita ga baikan aja dulu”. Tapi seringkali memang baiknya move on aja.

Aku masih percaya persahabatan itu penting. Persahabatan yang bikin adem tentunya.